Dengan gerbang besar dan pintu kayu kuno, Masjid Agung
Sumenep berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid yang dahulu dikenal
dengan nama Masjid Jami’ ini terletak di tengah-tengah KotaSumeneptepatnya
berada di sebelah barat Taman Kota.
Masjid Agung Sumenep dibangun setelah pembangunan
Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, yaitu Pangeran
Natakusuma I alias Panembahan Somala. Adipati yang memiliki nama asli Aria
Arisudin Natakusuma ini, sengaja mendirikan masjid yang lebih besar. Setelah
sebelumnya dibangun masjid, yang dikenal dengan Masjid Laju, oleh Pangeran
Anggadipa. Dalam perkembangannya masjid Laju tidak mampu menampung jama’ah yang
semakin banyak.
Dari tinjauan arsitektural, memang banyak hal yang
menjadi cirri khas pada bangunan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Islam
di kabupaten ini. Memperhatikan fisik bangunan, layaknya menganut eklektisme
kultur desain.
Masjid Jami’ yang terletak di kabupaten paling timur
di pulau garam ini, jika dilihat dari bentuk bangunannya merupakan penggabungan
berbagai sumber budaya. Mungkin sebagai bentuk akomodasi dari budaya yang
berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur berbagai
etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh.
Terlebih lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur
lokal. Melainkan dengan jangkauan lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab,
Persia, Jawa, India, dan China menjadi satu dibangunan istimewa ini. Sehingga
membentuk struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghiasi bangunan ini
secara keseluruhan.
Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan
kiri halaman masjid, sangat mewakili arsitektur Arab-Persia. Ornamen yang
kemudian dipertegas dengan warna-warna menyala mewakili corak bangunan dari
Gujarat-Cina. Bangunan tersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi
mengingatkan bentuk-brntuk candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah
berbentuk tajuk juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa. Pada pintu gerbang pintu masuk utama
masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok dan juga interior masjid lebih cenderung
bernuansa kebudayaan Tiongkok. Disamping pintu depan terdapat jam duduk ukuran besar, dan di atas pimtu tersebut terdapat prasasti beraksara arab dan jawa.
Struktur bangunan secara keseluruhan menggambarkan
tatanan kehidupan masyarakat yang rumit di masa itu. Jalinan hubungan antar
etnik yang hidup di Madura dapat disaksikan dari bangunan utuh dari sosok
Masjid Agung Sumenep ini.
Pada bagian depan,
dengan pintu gerbang seperti gapura besar, banyak orang berpendapat kalau
menampakkan adanya corak kebudayaan Portugis. Konon, Masjid Agung Sumenep ini
merupakan salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia dengan corak
arsitektur yang khas. Selain bentuknya yang unik, warna cat putih dan kuning
keemasan pada Masjid Sumenep ini menjadikan tampilan masjid ini sangat
fotogenik. Karena itulah tempat ini pantas untuk anda kunjungi ketika berada di
wilayah Sumenep, Madura
Tidak ada komentar:
Posting Komentar