Senin, 08 Januari 2018

MASJID TUA dengan ARSITEKTUR KHAS



Dengan gerbang besar dan pintu kayu kuno, Masjid Agung Sumenep berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid yang dahulu dikenal dengan nama Masjid Jami’ ini terletak di tengah-tengah KotaSumeneptepatnya berada di sebelah barat  Taman Kota.

Masjid Agung Sumenep dibangun setelah pembangunan Kraton Sumenep, sebagai inisiatif dari Adipati Sumenep, yaitu Pangeran Natakusuma I alias Panembahan Somala. Adipati yang memiliki nama asli Aria Arisudin Natakusuma ini, sengaja mendirikan masjid yang lebih besar. Setelah sebelumnya dibangun masjid, yang dikenal dengan Masjid Laju, oleh Pangeran Anggadipa. Dalam perkembangannya masjid Laju tidak mampu menampung jama’ah yang semakin banyak.


Dari tinjauan arsitektural, memang banyak hal yang menjadi cirri khas pada bangunan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Islam di kabupaten ini. Memperhatikan fisik bangunan, layaknya menganut eklektisme kultur desain.

Masjid Jami’ yang terletak di kabupaten paling timur di pulau garam ini, jika dilihat dari bentuk bangunannya merupakan penggabungan berbagai sumber budaya. Mungkin sebagai bentuk akomodasi dari budaya yang berkembang di masyarakatnya. Pada masa pembangunannya hidup berbaur berbagai etnis masyarakat yang saling memberikan pengaruh.

Terlebih lagi, bukan hanya kolaborasi gaya arsitektur lokal. Melainkan dengan jangkauan lebih luas, yaitu antara arsitektur Arab, Persia, Jawa, India, dan China menjadi satu dibangunan istimewa ini. Sehingga membentuk struktur bangunan lengkap dengan ornamen yang menghiasi bangunan ini secara keseluruhan.

Kubah kecil di puncak bangunan yang ada di sudut kanan kiri halaman masjid, sangat mewakili arsitektur Arab-Persia. Ornamen yang kemudian dipertegas dengan warna-warna menyala mewakili corak bangunan dari Gujarat-Cina. Bangunan tersusun dengan puncak bagian atas menjulang tinggi mengingatkan bentuk-brntuk candi yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah berbentuk tajuk juga merupakan kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa. Pada pintu gerbang pintu masuk utama masjid yang corak arsitekturnya bernuansa kebudayaan Tiongkok dan juga interior masjid lebih cenderung bernuansa kebudayaan Tiongkok. Disamping pintu depan terdapat jam duduk ukuran besar, dan di atas pimtu tersebut terdapat prasasti beraksara arab dan jawa.


Struktur bangunan secara keseluruhan menggambarkan tatanan kehidupan masyarakat yang rumit di masa itu. Jalinan hubungan antar etnik yang hidup di Madura dapat disaksikan dari bangunan utuh dari sosok Masjid Agung Sumenep ini.

Pada bagian depan, dengan pintu gerbang seperti gapura besar, banyak orang berpendapat kalau menampakkan adanya corak kebudayaan Portugis. Konon, Masjid Agung Sumenep ini merupakan salah satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia dengan corak arsitektur yang khas. Selain bentuknya yang unik, warna cat putih dan kuning keemasan pada Masjid Sumenep ini menjadikan tampilan masjid ini sangat fotogenik. Karena itulah tempat ini pantas untuk anda kunjungi ketika berada di wilayah Sumenep, Madura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar